Partai Politik dan Marketing

Menurut Heryawan Kartajaya parpol adalah produk dari parpol yang bersangkutan. Jika produk ini rata-rata saja, kosong tanpa arti, dan tidak memberikan value apa-apa bagi pembelinya, bagaimana mungkin produk tersebut bisa laku? Ketika tujuan dan program itu disosialisasikan, ia menjadi makin penting karena akan menentukan posisi partai yang bersangkutan di benak massa pemilihnya dan di antara partai pesaing lain. Mengapa partai-partai masih main-main dengan tujuan dan program tersebut?

Karena mind-set parpol kita masih belum costumer-driven. Mereka berpikir bahwa apa pun yang mereka katakan, massa pemilih akan dengan saksama mendengarkannya; apa pun yang mereka kerjakan, massa pemilih akan secara akomodatif mendukungnya. Parpol saat ini berbeda dengan parpol zaman Orde Baru, apalagi dengan pemberlakuan UU Pemilu yang baru. Saat ini, sebuah parpol harus bersaing dengan belasan partai lain untuk mendapatkan simpati pemilih. Tak hanya dari itu. Dari sisi pemilih, saat ini parpol juga menghadapi pemilih yang kritis, empowered, dan demanding. dan yang paling penting adalah persaingan antarparpol kini sudah tidak mengenal lagi tekanan, paksaan, tipu daya, dan sejenisnya. semua dilakukan secara fair.

Maka pendekatan yang digunakan parpol, harus mulai secara taktis mengevaluasi lingkungan kompetisi (change, pesaing, customer, atau massa pemilih, di samping kekuatan parpol sendiri secara internal); parpol harus mulai secara kreatif menyusun segmentasi, targeting, dan positoning untuk massa pemilihnya; parpol juga harus membangun diferensiasi yang akan menjadi pilar keunggulan berkompetisi; parpol juga harus melakukan aktivitas brand-building agar dipersepsi dengan baik dan dapat menumbuhkan loyalitas di kalangan para pemilihnya. Intinya, seperti halnya perusahaan, parpol butuh marketing.

Bersambung