Hermawan Kartajaya dan Prof. Philip Kotler menggambarkan "energi" atau value perusahaan di era teknologi informasi sebagai E=kMc2. Ide ini terinspirasi dari rumus Albert Einstein, yaitu E=mc2. Seperti halnya rumus Einstein bahwa c2 (kecepatan cahaya) itu tetap, maka value perusahaan adalah proporsional dengan besarnya nilai k (knowledge) dan M (marketing), bukan c2 (computer and comunication technology), karena teknologi komputer dan komunikasi bersifat given: setiap perusahaan punya akses yang sama.

Formula ini sangat cocok dengan era sekarang. Seperti disebut di muka, rumus value perusahaan terdiri dari tiga komponen inti: k, M, dan c2. Komponen pertama, c2, mengharuskan kita jika ingin sukses di era teknologi informasi, kita harus mendigitalisasi jaringan perusahaan (digitalize your network). komponen ke dua, M, menuntut Anda untuk mengglobalisasi pasar Anda (globalize your market). Terakhir, k, menuntut Anda untuk memfuturisasi bisnis Anda (futurize your business). inilah kunci sukses di era teknologi informasi.

Tetapi, seperti disebut di awal, value perusahaan banyak bergantung pada M, yaitu pada konsep marketingnya. Secanggih apa pun adopsi teknologi dan komunikasi, tanpa didukung oleh konsep marketing dan knowledge yang hebat, mereka tidak akan menang di era teknologi informasi.
Sejalan dengan dampak era teknologi informasi pada marketing tersebut, strategi marketing tidak bisa dilakukan lagi seperti masa lalu. untuk bisa menjadi pemenang di era teknologi informasi, Nine Core Elements Maketing harus dirubah.

1. Segmentation dan Targeting harus menjadi One-to-one.
2. Positioning harus menjadi Customize.
3. Differentiation harus menjadi bersifat Emosional.
4. Marketing Mix, product, dan price-nya menjadi Value package, sementara place dan promotion menjadi contact point.
5. Brand harus menjadi Living brand.
6. Marketing dan Selling harus menjadi Individualize.
7. Service dan Process haruslah Interaktif.

Bagaimana menghindari kegagalan? Yang perlu diingat, teknologi tak bisa berjalan sendiri. Karena itu, c2, harus digunakan untuk mengumpulkan informasi, informasi harus terus di-update, lalu informasi tersebut dijadikan customize product. Jika product basic-nya sama, agar bisa one-to-one, paling tidak value addednya harus berbeda.